KETIKA MONYET JATUH CINTA
oleh : rin_kr
Seorang gadis remaja bernama Pipit adalah seorang gadis dari keluarga Hermawan, keluarga yang terhormat di lingkungannya. Hari-harinya ia lalui dengan bahagia meski dalam keluarga yang sederhana. Gadis belia 15 tahun ini baru menikmati masa remajanya di suatu sekolah menengah umum. Dia menjalani hari-harinya seperti teman-temannya yang lain, dia juga terkenal cukup berprestasi di teman-temannya, ditambah parasnya yang cerdas dan senyum manisnya, membuat orang di sekelilingnya menganggapnya hampir mendekati sempurna. Pipit dikenal sebagai gadis yang ceria dan ramah pada teman-temannya. Semua itu membuat masa remajanya terasa lengkap.
Kali ini gadis remaja ini seperti kehialangan dewi fortuna dari sisinya. Di rumah berkali-kali ia tertimpa masalah, baik masalah dengan kedua orangtuanya maupun dengan dirinya sendiri, bahkan seakan ia kehilangan peta kehidupan untuk tujuan hidupnya. Gadis ini menjadi sering berbohong pada kedua orangtuanya, melamun, dan berubah dari biasanya. Seorang Pipit yang biasa ceria dan mengisi kesunyian dalam rumahnya, kini menjadi pendiam dan dingin di depan keluarganya. Tidak hanya itu, seorang pipit yang ceria di sekolah dan ramah pada teman-teman di sekelilingnya berubah menjadi pendiam dan memisah dari teman-teman sebayanya. Ia lebih sering ke perpustakaan untuk melahap bertumpuk ensiklopedi daripada menyeimbangkan sekolah dan menikmati masa remajanya. Hal inilah yang kemudian membawa runtutan masalah baginya. Mulai dari meneteskan air matanya setiap waktu hingga ia yang harus merelakan teman-temannya pergi meninggalkannya.
Hari demi hari berubah padanya. Pipit mulai menemukan dirinya yang selama ini ia cari, menemukan sosok Pipit yang selama ini pergi dan menjelma sebagai orang lain. Perubahan ini terjadi bersama masuknya seorang anaka lelaki dalam kehidupannya. Bian, seorang anak lelaki yang berhasil merubah Pipit menjadi dirinya kembali. Siswa inilah yang kemudian menutup kesedihan Pipit akibat kehilangan Rian, sahabat kecilnya yang harus menghadapsisi-Nya. Bian juga yang menyadarkan arti cinta bagi insan seusia mereka.
“Cinta adalah anugerah, cinta adalah warna, dan cinta adalah bahagia. Namun, cinta juga bencana jikalau salah makna. Biarkan cinta mengalir layaknya air dan berhembus layaknya angin. Karena sesungguhnya manusia hanya insan tiada sempurna.”
Itulah kata terakhir dari surat yang Bian tinggalkan untuk Pipit sebelum Bian kembali ke sekolah asalnya. Waktu yang begitu singkat seperti mengembalikan diri Pipit kembali. Meski Pipit tak pernah tahu siapa Bian sebenarnya. Mungkinkah dia sosok Rian yang ingin menyelamatkan sahabatnya keluar dari kesedihan??
0 komentar:
Posting Komentar